Fitur omnibus mulai marak tiga tahun belakangan ini di ranah perfilman lokal. Model film tersebut digunakan oleh sutradara-sutradara muda sebagai media menunjukkan pesona mereka.
3SUM adalah salah satu film yang memanfaatkan fitur ini. Bedanya, jika pada film sejenis memiliki satu benang merah atau genre, 3SUM memilih jalannya sendiri dengan menampilkan 3 genre dalam satu wadah.
Segmen pertama merujuk pada kata kematian besutan Witra Asliga dan Andri Cung: Insomnights. Mengisahkan Morty yang menderita insomnia akut. Sebagai thriller, apa yang ditawarkan Insomnights tidak begitu spesial. Twist yang disajikan jelas makanan lama bagi penyuka genre ini.
Namun yang menjadi soal adalah pemaparan filmnya yang cenderung bertele. Witra selaku penulis naskah lebih sibuk pada penderitaan karakter utama hingga melupakan sub plot yang harusnya bisa digali lebih dalam.
Segmen kedua bertajuk Rawa Kucing yang memakai elemen drama percintaan. Film arahan Andri Cung ini terlihat lebih rapi, detail dan bernas. Akan mudah jatuh cinta pada jalinan kisahnya yang bersetting pada tahun 80-an.
Wajar bila segmen kedua ini nampak lebih matang. Karena kepiawaian Andri sudah terbukti lewat beberapa film pendek seperti PAYUNG MERAH, MANTAN hingga BUANG.
Terakhir ada Impromptu yang menawarkan genre action. Meski terdapat kekurangan minor pada editing dalam penceritaannya, film besutan William Chandra ini mampu menutup aksinya dengan cukup menghibur meski jauh dari sempurna.
Lihat saja duet Hannah Al Rashid dan Dimas Argoebie yang benar-benar memukau saat dituntut beradegan fighting melawan polisi gadungan. Berharap akan ada versi panjang dengan eksekusi yang tak kalah.
Well, setiap segmen memang menawarkan kurang dan lebihnya masing-masing. Namun 3SUM tetaplah sebuah film yang patut diapresiasi. Berharap setelah ini ketiga sutradara mampu membuat film mandiri yang lebih baik lagi.